Text
Nak, Dengarkan Bapak
Seringkali, keyakinan kita terbangun di atas keyakinan umum. Ketika menurut umumnya orang A, maka kita meyakini bahwa memang sudah semestinya A. Ketika anak diyakini memang sudah semestinya lebih dekat pada ibunya, maka begitulah kita meyakininya.
Barangkali, karena keyakinan umum seperti itu, maka bagi kita, para bapak, merasa tidak ada masalah ketika "berjarak" dari anak. Merasa wajar kalau bapak tidak terlalu komunikatif dengan anak. Akhirnya, pola ini terwariskan dari generasi ke generasi.
Masalahnya, apakah keyakinan itu benar?
Untuk mengetahuinya, mestinya kita rujuk kepada apa kata Allah yang menciptakan kita dan yang mengetahui hal-hal yang terbaik untuk kita. Maka, kita dapati dalam Al-qur'an, ternyata Allah jadikan hubungan bapak dengan anak menjadi salah satu tema besar.
Allah gambarkan bagaimana peran Nabi Ya'kub kepada Nabi Yusuf. Allah tunjukkan bagaimana Lukman Al-Hakim berwasiat kepada putranya.
Hal tersebut selaras dengan perintah Allah kepada para kepala keluarga agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Di antara bentuk penjagaan yang bisa dilakukan kepala keluarga adalah dengan memberi wasiat dan nasihat.
Saya tulis buku *"Nak, Dengarkan Bapak"* di antara tujuannya adalah semoga dapat membantu para bapak yang kesulitan berwasiat atau menyampaikan nasihat kepada anaknya. Semoga bisa menjadi inspirasi ide. Atau, jika masih kesulitan, maka berikan saja buku ini kepada anak, agar mereka membacanya sendiri, dan sekan-akan sedang berdialog dengan bapaknya.
Tidak tersedia versi lain